Senin, 18 April 2011

Tempat Wisata Pesarean Gunung Kawi

Pesarean Gunung Kawi
       Malang merupakan kota yang sangat indah dan asri yang memiliki aset wisata yang sangat banyak. Salah  satu aset wisata kota Malang yang bersifat spiritual yaitu Gunung Kawi. Gunung kawi terletak di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Tepatnya berada di Kecamatan Wonosari. Jika kita artikan Wono berarti hutan, sedangkan Sari berarti Inti. Menurut informasi yang saya dapat dari warga setempat, Wonosari merupakan  tempat yang mendatangkan banyak rezeki. sebenarnya bukanlah Wonosari maupun Gunung Kawi-nya yang terkenal melainkan adanya sebuah pemakaman yang di keramatkan, yaitu makam Kanjeng Kyai Zakaria II (wafat 22 Januari 1871) dan Raden Mas Imam Soedjono (wafat 8 Februari 1876). Mereka adalah para tokoh bangsawan yang ikut menentang penjajah di bawah kepemimpinan Pangeran Diponegoro. Perjuangannya antara tahun 1825-1830. Mbah Djoego ini buyut dari Susuhanan Pakubuwono I (yang memerintah Kraton Kertosuro 1705-1717). Adapun RM Imam Soedjono buyut dari Sultan Hamengku Buwono I (memerintah Kraton Jogjakarta pada 1755-1892). Begitulah sedikit sumber sejarah awal pesarean Gunung Kawi yang dapat saya tanggkap dari beberapa sumber masarakat setempat.
Pesarean ini sendiri terletak ± 800 mdpl, untuk menjangkau tempat ini kita harus harus mendaki dan menyusuri jalan yang cukup melelahkan, yang kira-kira ± 750 meter dari area parkir kendaraan bermotor. Di sepanjang perjalanan mendaki ke arah pemakaman, nampak di sebelah kiri maupun kanan jalan terdapat kios-kios souvenir, toko, restaurant dan hotel. Selain itu juga terdapat toko yang menjual perlengkapan ritual, seperti bunga, dupa, kemenyan dll. Yang paling menarik adalah toko yang menjual barang-barang antik, seperti uang Rp.100 gambar Soekarno. Uang kertas ini merupakan uang yang sangat unik, karena jika kita taruh di telapak tangan maka uang ini bisa melengkung dengan sendirinya, “percaya gak percaya sich”. Tapi saya sudah membuktikannya. Disamping itu banyak toko-toko yang bernuansa etnis tionghoa dan toko-toko tersebut banyak mendominasi dari pada kios-kios lokal setempat yang lebih menjajakan buah-buahan dan lain lain. Menurut kepercayaan warga sekitar Pesarean Gunung Kawi, Pesarean ini sering digunakan untuk acara ritual-ritual khusus atau ziarah keluarga, Kebanyakan orang-orang yang berziarah di Pesarean Gunung Kawi lebih banyak didominasi orang-orang etnis tionghoa. Menurut kepercayaan warga setempat ritual tersebut bisa mendatangkan rezeki bagi yang berniat baik untuk berziarah. setelah melakukan ritual dan ternyata keinginannya dikabulkan oleh Sang Maha Kuasa, nah disanlah letak kenapa ada bangunan khas tionghoa, disana orang-orang tionghoa yang mendapatkan rezeki setelah berziarah dari pesarean Gunung Kawi, mereka memberikan timbal balik sebagian penghasilanya untuk pembangunan sejumlah bagunan yang bernuansa tionghoa dan disana juga akan ditemukan bagunan chiamshi yaitu kebudayaan khas dari tionghoa yang berupa ramalan. Disamping itu renovasi bagunan pesarean juga dilakukan untuk memperindah pesarean dan disana akan hanya ditemuai arisitektur bernuansa tionghoa. 
Tidak hanya itu, di area pesarean, terdapat pohon yang dianggap akan mendatangkan keberuntungan. Pohon ini disebut pohon dewandaru, pohon kesabaran. Pohon yang termasuk jenis cereme Belanda ini oleh orang Tionghoa disebut sebagai shian-to atau pohon dewa. Eyang Jugo dan Eyang Sujo menanam pohon ini sebagai perlambang daerah ini aman. Menurut informasi yang saya dapat dari juru kuncen pesarean. Untuk mendapat 'simbol perantara kekayaan', para peziarah menunggu dahan, buah dan daun jatuh dari pohon. Begitu ada yang jatuh, mereka langsung berebut. Untuk memanfaatkannya sebagai azimat, biasanya daun itu dibungkus dengan selembar uang kemudian disimpan ke dalam dompet. Namun, untuk mendapatkan daun dan buah dewandaru diperlukan kesabaran. Hitungannya bukan hanya, jam, bisa berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Tapi beruntunglah saya, kemaren waktu saya disana saya sempat mencoba menunggu jatuhnya buah, dahan dan daun. Setelah saya berdoa sejenak, tiba-tiba buah dewandarunya jatuh tepat didepan saya. Pertanda apa itu, entah mau mendapatkan rezeki atau tidak saya juga tidak tahu, yang pasti buahnya langsung saya taruh di dalam dompet.  Dan setelah para peziarah berdoa ternyata doa mereka terkabul, para peziarah akan datang lagi ke tempat ini untuk melakukan syukuran. Ada malam khusus yang biasa dilakukan untuk melakukan ritual para peziarah yaitu setiap malam Satu Suro (Muharram). dan untuk memesuki wilayah tersebut peziarah dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp. 2000. biasanya pada hari libur pesarean Gunung Kawi banyak dikunjungi para peziarah, peziarah yang datang banyak dari kawasan malang atau pun luar kota malang.
Demikian  sedikit cerita yang saya dapat saat saya berada disana. Jika ingin mengerti dan tahu tempat ini, datang saja. di jamin pasti akan senang dan tidak rugi dech. Apalagi jika kita lihat dari arsitektur bangunannya yang benuansa tionghoa, seakan serasa di cina. sangat unik dan dapat membuat pikiran jernih serta membuat hati kita senang dan tenang.

by. gita pramudika